BOLA KERANJANG SEBAGAI
ALTERNATIF PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH MENENGAH
Bola
keranjang atau disebut juga korfball, merupakan
salah satu cabang olahraga yang kurang popular dikalangan masyarakat Indonesia. Tetapi dulu, sejakjaman
penjajahan Belanda sampai dengan tahun 50-an, bola keranjang dimainkan oleh
seluruh lapisan masyarakat dan menjadi bagian dari kurikulum SMP/SMA. Terakhir
bola keranjang dipertandingkan di arena PON ke IV di Makasar, Ujung Pandang.
Oisebabkan adanya kebijakan untuk meninggalkan permainan yang berbau penjajah.,
sehingga pemainan ini tidak lagi dipertandingkan (PP PKSI, 1994: 32). Sejak
tahun 80-an (5 Oktober 1982), bola keranjang mulai berkembang lagi di Indonesia
walaupun masih merupakan embrio PBKSI (Persatuan Bola Keranjang Seluruh
Indonesia) dan belum terbina dalam suatu organisasi formal. Namun sejak tanggal
27 April 1994 secara resmi bola keranjang telah dicatat sebagai anggota Internasional Korfball Federation (IKF).
Bola keranjang merupakan olahraga yang relatif murah dan mudah dimainkan,
dengan alat yang sederhana, serta dapat dimainkan di mana saja baik di halaman
sekolah, maupun di lapangan. Prinsip bermain pada game ini sangat sederhana, yaitu pemain dapat mencetak angka
seperti halnya pada permainan bola basket. Selain bermanfaat untuk Bola Keranjang Sebagai Altematif Pembelajaran Pendidikan Jasmani
di Sekolah Menengah menjaga
kebugaran jasmani siswa, berkumpulnya laki-Iaki dan perempuan dalam satu regu
akan terjadi interaksi aktif, sehingga dapat menjadi wahana dalam pengembangan
berbagai aspek kehidupan manusia termasuk di dalamnya terselip nilai-nilai
edukatif pembangunan mental seperti sportivitas, jiwa ksatria, rasa
kebersamaan, semangat bertanding, sopan santun, dan saling menghormati.
Dalam
tulisannya tentang olahraga Ki Hajar Dewantoro (1967: 243) menceritakan bahwa
para pendidik harus mengingat kalau sifat pelajaran olahraga sebaiknya selalu
dihubungkan dengan rasa kesopanan, jangan mengajarkan olahraga yang mendidik
kekasaran rasa kemanusiaan. Sehingga olahraga buat laki-Iaki dan perempuan yang
dilaksanakan bersama-sama hanya boleh dilakukan, asal badan laki-Iaki dan
perempuan tersebut tidak saling bersentuhan, seperti halnya di dalam permainan
bola keranjang. Seperti telah diketahui, faktor utama yang menjadi kendala
dalam melaksanakan program pendidikan jasmani di sekolah adalah minimnya
fasilitas dan peralatan. Kebanyakan sekolah belum mempunyai fasilitas olahraga
yang cukup. Hasil pengamatan di lapangan, bentuk aktivitas olahraga pun boleh
dikata hanya didasarkan pada laporan kegiatannya saja. Sedangkan manfaat
olahraga yang seharusnya dicapai oleh peserta didik sering kali kurang mendapat
perhatian. Akibatnya keberhasilan belajar dalam aspek perkembangan fisik
tidak maksimal. Untuk itu, permasalahan yang harus dicari jalan keluarnya agar
pelaksanaan pendidikan jasmani dapat terlaksana dengan baik adalah mengoptimalkan
alat-alat dan fasilitas yang dimiliki sekolah. Menurut Sumanto, Y. dan Sukiyo (1991: 252) yang
dimaksud alat adalah benda yang dipergunakan sebagai media untuk memperindah
gerakan, memperberat gerakan dan meningkatkan gairah yang dalam pelaksanaannya benda
tersebut dapat dibawa atau diubah-ubah posisinya, seperti bolavoli, sepakbola, bolabasket,
tongkat lari estafet, balok. Sedangkan yang dimaksud fasilitas adalah bangunan atau
tempat untuk melakukan kegiatan olahraga, misalnya gedung olahraga, bangsal
senam, lapangan voli, lapangan basket, baik yang berada di lapangan terbuka maupun lapangan
tertutup.
Lapangan
yang tidak begitu luas maupun halaman sekolah yang kosong perlu diupayakan untuk tempat
pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa, dengan menyiapkan alat-alat
yang dibuat secara sederhana. Sebagai contoh, untuk mengajarkan olahraga permainan
bahan baku yang perlu dipersiapkan adalah bambu batangan sepanjang tiga setengah
meter sebanyak dua buah. Selanjutnya masing-masing potongan bambu tersebut di
atasnya dipasangi keranjang sebagai sasaran menembak. Ditambah dengan satu bola
sepakbola, perlengkapan tersebut sudah dapat dipergunakan sebagai sarana untuk bermain
bola keranjang.
HAKIKAT
PERMAINAN BOLA KERANJANG
Bola
keranjang merupakan cabang olahraga permainan beregu, yaitu mempertemukan dua tim yang saling
beradu kemampuannya untuk saling mengalahkan, dengan memberikan kesempatan
kedua tim untuk saling menyerang dan bertahan. Teknik dasar bermain dalam bola
keranjang adalah lempar tangkap, merayah, gerak tipu, dan menembak. Aktivitas
yang dilakukan untuk bermain memerlukan unsur fisik seperti kekuatan, kecepatan,
ketahanan, kelincahan, dan kelentukan. Sedangkan unsur psikis memerlukan keuletan,
ketangguhan, dan kematangan emosi.
Pendidikan
jasmani di sekolah merupakan salah satu mata pelajaran yang mengarahkan terciptanya
kondisi peserta didik yang memiliki sikap dan perilaku hidup bersih, sehat,
berdisiplin, serta memiliki kesegaran jasmani yang baik, sehingga peserta didik dapat tumbuh dan
berkembang sesuai apa yang diharapkan. Permainan merupakan kegiatan manusia
sebagai imbangan kerja agar seseorang memperoleh kesegaran jasmani maupun rohani
(Sukintaka, 1992: 4). Dengan bermain bola keranjang pelakunya akan memperoleh
kesenangan dan kesegaran, karena hakikat dari kehidupan manusia adalah bermain. Lebih
lanjut menurut Sukintaka (1995: 131), bahwa rasa senang pada peserta didik merupakan
suasana pendidikan yang baik, karena dengan rasa senang memungkinkan adanya
kemudahan dalam mendidik dan mengarahkan anak untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan. Dengan demikian permainan bola keranjang
merupakan
salah satu jenis olahraga yang dapat memenuhi kebutuhan esensi manusia itu, yaitu bermain dan
kesenangan. Menurut
Tedjasaputra (2001: 30-45) bermain merupakan pengalaman yang berguna bagi perkembangan, yang
bermanfaat untuk: (1) perkembangan aspek fisik; (2)
perkembangan
aspek motorik; (3) perkembangan aspek social; (4) perkembangan aspek emosi/kepribadian; (5)
perkembangan aspek koknisi; (6) mengasah ketajaman penginderaan; (7)
mengembangkan ketrampilan olahraga dan menari. Menurut Rijsdorp (1971) dalam Sukintaka
(2001: 12) sasaran pendidikan jasmani adalah Pembentukan gerak, terdiri dari:
(1) mampu membentuk sikap berkemauan untuk melakukan gerak; (2) menyelaraskan an18ra
ruang, waktu, bentuk, dan perkembangan rasa ten18ng irama; (3) mempelajari untuk
mengetahui kemampuan dirinya dalam kemungkinan gerak; (4) memperoleh kepastian
gerak dan perkembangan perasaan tentang sikap badan; (5) pengayaan dan peluasaan
tentang pengetahuan gerak. Pembentukan prestasi, terdiri dari: (1) memenuhi
tuntutan tugas dengan mempelajari kemampuan dirinya; (2)
mempelajari
arah untuk mencapai tugas, mengatasi tekanan psikis, dan percaya diri; (3) mengendalikan emosi;
(4) belajar mengetahui kemampuan dan keterbatasan dirinya; (5) menguasai tuntutan
ketentuan pertanggungjawaban dalam perbandingan yang sesungguhnya dari batas
prestasi dan lingkup pres18si. (3) Pembentukan rasa sosial, terdiri: (1) mengetahui
dan menerima peraturan kelompok dan norma kelompok; (2) pengembangan struktur
kelompok, belajar kerja sama, menganjurkan untuk menerima dan memberikan dalam
hidup bermasyarakat, serta didasari suasana emosional yang terkendali; (3)
perkembangan rasa bermasyarakat, dan mengetahui orang lain, sebagai pribadi, belajar
bertanggung jawab bagi orang lain, memberi pertolongan, melindungi, dan bela diri; (4)
belajar mengetahui dan bijaksana dalam melepaskan ketegangan pada waktu luang. Perkembangan
jasmani, yang terdiria18s: (1) menuntut,kemajuan sikap dan gerak jasmani yang baik
dan prestasi yang optimal; (2) menuntut tentang kesehatan
jasmani
dan pertanggungjawaban tentang kesehatan diri melalui kebiasaan hidup sehat. lebih lanjut
Sukadiyanto (1996: 31) permainan yang menyenangkan adalah yang mengikuti peraturan
perrnainan yang berlaku. Oleh karena peraturan dibuat, antara lain untuk: (1) ditaati sebagai
dasar untuk bermain agar tidak merugikan pihak lawan; (2) Bola Keranjang Sebagai Alternatif
Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah memperlancar jalannya
permainan; (3) memutuskan secara adil dan tepat; (4) membina sikap kepribadian
permainannya; dan (5) menanamkan kebiasaan yang baik, taat pada aturan yang berlaku.
Permainan bola keranjang menyediakan sarana untuk kegiatan yang penuh tantangan dan
disiplin tinggi, selain itu permainannya dikemas dalam aturan dan tata krama pergaulan
yang baik dan sopan.
FILOSOFI
KEHIDUPAN DALAM PERMAINAN BOLA KERNAJANG
Banyaknya
tindakan kekerasan dan perkelahian antar pelajar yang selalu terjadi di beberaapa kota besar
banyak mendapat sorotan khususnya dari orang tua. Oalam era globalisasi informasi
seperti sekarang ini, memang sulit untuk mencari ujung pangkal penyebab meningkatnya
kenakalan remaja. Masalah tersebut diduga akibat dari rendahnya budi pekerti anak-anak
sekarang. Jika dikaitkan dengan pembelajaran di sekolah, dimungkinkan karena
tidak adanya kesempatan pada guru penjas untuk mengajarkan nilai-nilai etika dalam
setiap kali mengajar. Masalah etika secara langsung maupun tidak langsung sangat
mempengaruhi kebiasaan dan perilaku anak dalam kehidupan seharihari.
Bola
keranjang merupakan salah satu cabang olahraga permainan beregu yang mempertemukan dua tim
untuk saling beradu kemampuannya agar dapat saling mengalahkan. Bola
keranjang satu-satunya cabang olahraga yang merupakan gabungan dari pemain laki-Iaki
dan perempuan dalam satu tim. Walaupun dimainkan oleh gabungan laki-Iaki dan
perempuan, dalam aturan permainannya laki-Iaki harus melawan laki-Iaki, perempuan tetap melawan
perempuan. Apapun alasannya tidak diperbolehkan perempuan menjaga laki-Iaki atau
sebaliknya laki-Iaki menjaga perempuan. Oalam permainan ini tidak ada kesempatan
pemain untuk bermain sendiri, karena dalam aturannya tidak diijinkan bola dibawa lari maupun
memantulkan bola. Dengan
cara seperti itu tingkah laku anak tampak nyata, dapat dipantau dan dapat
dirasakan. Sebagai contoh siswa laki-Iaki mengoper bola dengan
tidak terlampau keras kepada teman perempuannya, karena
berdampingan
dengan siswa perempuan siswa laki-Iaki merasa malu berbuat atau berbicara dengan kasar
kepada temannya. Dengan
demikian secara komprehensif kemuliaan
akhlak dapat tercermin di dalam pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya. Sikap anak seperti itulah
yang saat ini diharapkan oleh kalangan orang tua dan pendidik pada umumnya.