Selasa, 30 November 2010

INFEKSI


A. PENGERTIAN
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit. Penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain. Orang yang sehar harus dihindarkan dari orang-orang yang menderita penyakit dari golongan ini.
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat pilang membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.
Penyebab utama infeksi diantaranya adalah bakteri dan jasad hidup (organisme). Kuman-kuman ini menyebar dengan berbagai cara dan vektor.
Contoh-contoh penyakit infeksi :
1. Penyebab penyakit adalah bakteri (jasad renik atau kuman)
• TBC : ditularkan melalui udara
• Tetanus : melalui luka yang kotor
• Mencret : lalat, air dan jari yang kotor
• Pneumonia: lewat batuk (udara)
• Gonorrhea dan sifilis : hubungan kelamin
• Sakit telinga : dengan selesma (masuk angin dan pilek)
2. Penyebab penyakit adalah virus (kuman yang lebih kecil daripada bakteri)
• Selesma, influensa, campak, gondok : ditularkan melalau udara, batuk, ataupun lalat
• Rabies : melalui gigitan binatang
• Penyakit kulit : melalui sentuhan
3. Jamur
• kurap, kutu air, dan gatal pada lipatan paha: ditularkan melalu sentuhan atau dari pakaian yang dipakai secara bergantian
4. Parasit internal (hewan yang berbahaya yang hidup di dalam tubuh)
• Disentri: ditularkan dari kotoran ke mulut
• Malaria: melalui gigitan nyamuk
5. Parasit eksternal (hewan yang berbahaya yang hidup pada permukaan tubuh)
• Kutu rambut, kutu hewan, kutu busuk berupa kudis: penularannya dari orang-orang yang telah terinfeksi atau melalui pakaian.
6. Penyebab penyakit Tetanus sering menginfeksi luka, terutama luka akibat tusukan benda tertantu, seperti paku, jarum, duri, dan sebagainya

CARA PENULARAN INFEKSI
1. Kontak
Langsung, tidak langsung, droplet
2. Udara
Debu, kulit lepas
3. Alat
Darah, makanan, cairan intra vena
4. Vektor / serangga
Nyamuk, lalat
PENCEGAHAN INFEKSI
Beberapa definisi dalam pencegahan infeksi, antara lain adalah :
1. Antisepsis
Antisepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.
2. Asepsis atau Teknik Aseptik
Asepsis atau teknik aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan menyebabkan infeksi. Caranya adalah menghilangkan dan atau menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan dan benda - benda mati hingga tingkat aman.
3. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap benda - benda tersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh
4. Disinfeksi
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua mikroorganisme penyebab penyakit pada benda – benda mati atau instrumen.
5. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Suatu proses yang menghilangkan mikro organisme kecuali beberapa endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus, atau penggunaan desinfektan kimia.
6. Mencuci dan membilas
Suatu proses yang secara fisik menghilangkan semua debu, kotoran, darah, dan bagian tubuh lain yang tampak pada objek mati dan membuang sejumlah besar mikro organisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau menangani benda tersebut (proses ini terdiri dari pencucian dengan sabun atau deterjen dan air, pembilasan dengan air bersih dan pengeringan secara seksama).
7. Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri pada benda-benda mati atau instrumen.

D.PRINSIP-PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI YANG EFEKSTIF BERDASARKAN:
1. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa gejala).
2. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
3. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan telah bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah harus dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar.
4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
5. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten.

B. PEMBAHASAN

Tetanus adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Clostridium tetani. Kuman ini menghasilkan racun yang dapat menghasilkan racun yang dapat mempengaruhi jaringan saraf manusia. Racun ini akan menjalar di sepanjang saluran saraf tepi, sampai ke susunan saraf pusat, dan mengikuti aliran darah. Adanya racun ini mengakibatkan kekakuan otot di seluruh tubuh, terutama otot pengunyah dan otot batang tubuh.

Clostridium tetani termasuk kuman yang hidup tanpa oksigen (anaerob), dan membentuk spora. Spora ini mampu bertahan hidup terhadap lingkungan panas, antiseptic, dan jaringan tubuh, sampai berbulan-bulan. Kuman yang berbentuk batang ini sering terdapat dalam kotoran hewan dan manusia, dan bisa menyebar lewat debu atau tanah yang kotor, dan mengenai luka.

Tetanus sering menginfeksi luka, terutama luka akibat tusukan benda tertantu, seperti paku, jarum, duri, dan sebagainya. Infeksi oleh kuman ini dimulai dari masuknya spora ke dalam luka. Spora itu akan berkembang dan mengeluarkan neurotoksin (tetanospamin) yang akan menyebabkan otot-otot menjadi kejang (spasme). Kontraksi kejang ini sangat kuat, bahkan dapat merobek otot atau fraktur kompresi pada tulang punggung.

Bila kita terkena luka, kita tidak dapat mendeteksi langsung apakah kita terkena kuman tetanus atau tidak. Apalagi luka kecil pun bisa mengakibatkan tetanus. Sebagai catatan saja, kuman tetanus bisa masuk lewat gigi berlubang yang dikorek-korek dengan tusuk gigi atau benda lain yang tidak bersih. Dapat juga masuk lewat telinga, jika kita membersihkannya dengan barang yang tidak bersih. Tetanus tak segera dapat terdeteksi karena masa inkubasi penyakit ini berlangsung hingga 21 hari setelah masuknya kuman tetanus ke dalam tubuh. Pada masa inkubasi inilah baru timbul gejala awalnya.









C. GEJALA
Gejala penyakit tetanus bisa dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
• Tahap awal
Rasa nyeri punggung dan perasaan tidak nyaman di seluruh tubuh merupakan gejala awal penyakit ini. Satu hari kemudian baru terjadi kekakuan otot. Beberapa penderita juga mengalami kesulitan menelan. Gangguan terus dialami penderita selama infeksi tetanus masih berlangsung.

• Tahap kedua
Gejala awal berlanjut dengan kejang yang disertai nyeri otot pengunyah (Trismus). Gejala tahap kedua ini disertai sedikit rasa kaku di rahang, yang meningkat sampai gigi mengatup dengan ketat, dan mulut tidak bisa dibuka sama sekali. Kekakuan ini bisa menjalar ke otot-otot wajah, sehingga wajah penderita akan terlihat menyeringai (Risus Sardonisus), karena tarikan dari otot-otot di sudut mulut.
Selain itu, otot-otot perut pun menjadi kaku tanpa disertai rasa nyeri. Kekakuan tersebut akan semakin meningkat hingga kepala penderita akan tertarik ke belakang. (Ophistotonus). Keadaan ini dapat terjadi 48 jam setelah mengalami luka.
Pada tahap ini, gejala lain yang sering timbul yaitu penderita menjadi lambat dan sulit bergerak, termasuk bernafas dan menelan makanan. Penderita mengalami tekanan di daerah dada, suara berubah karena berbicara melalui mulut atau gigi yang terkatub erat, dan gerakan dari langit-langit mulut menjadi terbatas.

• Tahap ketiga
Daya rangsang dari sel-sel saraf otot semakin meningkat, maka terjadilah kejang refleks. Biasanya hal ini terjasi beberapa jam setelah adanya kekakuan otot. Kejang otot ini bisa terjadi spontan tanpa rangsangan dari luar, bisa pula karena adanya rangsangan dari luar. Misalnya cahaya, sentuhan, bunyi-bunyian dan sebagainya. Pada awalnya, kejang ini hanya berlangsung singkat, tapi semakin lama akan berlangsung lebih lama dan dengan frekuensi yang lebih sering.

Selain dapat menyebabkan radang otot jantung (mycarditis), tetanus dapat menyebabkan sulit buang air kecil dan sembelit. Pelukaan lidah, bahkan patah tulang belakang dapat terjadi akibat adanya kejang otot hebat. Pernafasan pun juga dapat terhenti karena kejang otot ini, sehingga beresiko kematian. Hal ini disebabkan karena sumbatan saluran nafas, akibat kolapsnya saluran nafas, sehingga refleks batuk tidak memadai, dan penderita tidak dapat menelan.

D. PENGOBATAN
Bila sudah ada gejala ringan tetanus, maka sumber luka (infeksi) harus segera diketahui.Kemudian, kadang dokter membuka luka baru dengan tujuan ada udara masuk, sehingga kuman mati karena mendapat oksigen. Setelah itu luka dibersihkan dengan antiseptik atau H2O2 dan antibiotic.
Untuk membunuh toksin tetanus, biasanya pasien diberi suntikan ATS (antitetanus serum). Sedangkan untuk mengatasi kejangnya diberi obat penenang (barbiturat atau valium). Jika keadaan pasien cukup gawat, misalnya otot-otot yang berhubungan dengan pernafasan (otot dada) kaku, maka pasien perlu diberi alat respirator.
Perawatan tetanus perlu sedikit 'spesial' karena pasien bersifat hipersensitif terhadap rangsang. Ini disebabkan karena toksin yang menempel di otot memblok sistem neoromoskular sehingga otot mudah terangsang. Kena rangsang sedikit saja, mereka bisa kejang-kejang yang sifatnya amat melelahkan. Karena itu kebanyakan pasien tetanus dirawat di ruang ICU dan jika perlu dibius umum.
Biasanya kamar perawatan pasien tetanus diletakkan di ujung atau di tempat yang relatif sepi. Bahkan dulu pasien dirawat di tempat yang gelap, agar lebih tenang dan menghindari rangsang. Seringkali pasien tetanus membutuhkan waktu yang relatif lama untuk penyembuhannya (2-3 bulan).


PRINSIP PERAWATAN LUKA SENDIRI
1. Pembersihan luka.
Setiap luka dibersihkan terlebih dahulu dengan air yang mengalir atau bila ada dengan cairan NaCl 0,9%. Luka harus dibersihkan dari kotoran atau debu yang menempel. Untuk luka tusuk seperti bila tertusuk jarum, saat membersihkan luka dengan air mengalir, lakukan juga pijatan di sekitar luka hingga darah keluar. Bila jarum atau paku kotor atau karatan, harus dibawa ke rumah sakit karena luka ini perlu dilakukan sedikit insisi atau pembukaan luka agar dapat dibersihkan hingga ke paling dalam. Setelah membersihkan luka, luka dikeringkan dengan kassa.

2. Penghentian perdarahan.
Apabila darah masih keluar, hentikan perdarahan. Hal ini terutama dilakukan pada luka yang menyebabkan robekan pembuluh darah arteri atau vena besar yang dapat menyebabkan darah menyemprot dan terus mengalir. Bila perdarahan dibiarkan, penderita akan jatuh dalam keadaan syok. Cara untuk menghentikan perdarahan ini adalah dengan menekan bagian yang luka, meninggikan bagian yang luka dari jantung, menekan pembuluh darah besar yang mendarahi daerah luka, atau dengan melakukan bebat atau pengikatan sebelum luka (atau pada sisi yang lebih dekat ke jantung). Pengikatan ini juga tidak boleh terlalu kuat, namun harus cukup kuat hanya untuk menghentikan perdarahan. Karena bila terlalu kuat, dapat menyebabkan kurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh bagian akhir dari pengikatan.


3. Penutupan luka.
Setelah perdarahan berhenti, luka ditutup dengan plester, kassa atau kain bersih yang telah diberikan obat antiseptik, untuk menghindari paparan luar. Jangan menutup luka dengan kapas karena dapat menempel saat dibuka, sehingga bisa menimbulkan luka baru bila ditarik dengan paksa. Selain itu, kassa dan kain bersih dapat mengisap air hingga kotoran luka terangkat. Untuk luka tertutup seperti luka lecet dan memar serta luka terbuka ringan seperti luka iris tidak perlu dilakukan penutupan luka. Luka memar dapat diberikan heparin untuk mengurangi hematom.

4. Pencegahan infeksi.
Luka perlu dibiarkan tetap kering hingga benar-benar pulih. Juga hindari dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi. Balut luka perlu diganti setiap hari atau bila penutup luka basah dan kotor, agar kelembapan luka tetap terjaga dan tidak ada penumpukan kotoran atau kuman di luka. Luka bersih yang dirawat dengan benar tidak memerlukan antibiotika, kecuali pada luka yang kotor.





CEGAH DENGAN IMUNISASI
Suntikan tetanus ada 2 macam, yaitu anti tetanus serum (ATS) dan vaksin tetanus toxoid. ATS sebanyak 1500 IU merupakan serum yang dapat langsung mencegah timbulnya tetanus. Sementara itu, vaksin tetanus toxoid 0,5 ml tidak untuk mencegah tetanus saat itu, namun untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap tetanus, sehingga mencegah terjadinya tetanus di kemudian hari bila ternyata luka tersebut masih mengandung kuman, juga mencegah tetanus pada kejadian lain dalam jangka waktu kira-kira 6 bulan bila tanpa booster.
Berikut adalah kriteria kapan suatu luka perlu diberikan suntikan tetanus:
- Luka cukup besar (dalam lebih dari 1 cm)
- Luka berbentuk bintang
- Luka berasal dari benda yang kotor dan berkarat
- Luka gigitan hewan dan manusia
- Luka tembak dan luka bakar
- Luka terkontaminasi, yaitu: luka yang lebih dari 6 jam tidak ditangani, atau luka kurang dari 6 jam namun terpapar banyak kontaminasi, atau luka kurang dari 6 jam namun timbul karena kekuatan yang cukup besar (misalnya luka tembak atau terjepit mesin)
- Penderita tidak memiliki riwayat imunisasi tetanus yang jelas atau tidak mendapat booster selama 5 tahun atau lebih
Cara pencegahan tetanus yang paling jtiu adalah dengan imunisasi. Imunisasi merupakan kekebalan aktif yang akan menjadi benteng terhadap kuman-kuman tetanus. Nah, apakah Anda sudah mendapatkan imunisasi tetanus? Jika belum, segeralah berkunjung ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan imunisasi ini.
Lebih utama bila sejak bayi diimunisasi dengan suntikan DPT (difteri pertusis tetanus), yang kemudian dilanjutkan dengan booster (pengulangan). Sementara pada orang yang tidak diketahui sejarah imunisasinya, namun memperlihatkan gejala khar tetanus, maka kepadanya diberikan suntikan tetanus toksoid (TT), untuk merangsang tubuh membuat antibodi sendiri.

Pada mereka yang kemungkinan menunjukkan risiko tinggi tetanus, bisa diberikan dua jenis suntikan sekaligus, ATS dan TT, terutama jika riwayat imunisasinya meragukan. Penyuntikan ATS dilakukan di lengan kanan dan TT di lengan kiri atau sebaliknya. Tujuannya agar keduanya bekerja secara simultan, yang satu melawan kumannya, sementara yang lain membangun antibodi.

Selain dengan imunisasi, kita pun dapat meminimalkan terjadinya infeksi terhadap luka dengan berhati-hati saat beraktifitas, khususnya bila berhubungan dengan tempat-tempat atau benda-benda kotor. Bila membersihkan gudanga tau kebun, misalnya, maka sebaiknya kita memakai alas kaki dan sarung tangan. Untuk anak-anak, jauhkan benda-benda tajam dan kotor dari jangkauan mereka.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA
1. Usia
Anak penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua karena orang tua lebih sering terkena penyakit kronis yang dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
2. Nutrisi
Nutrisi yang cukup dan seimbang dapat membantu mempercepat penyembuhan luka.
3. Infeksi
Infeksi luka seperti munculnya nanah dapat menghambat penyembuhan karena proses tersebut terhalang nanah.
4. Sirkulasi darah dan Oksigenasi
Pada orang yang sirkulasi darah dan oksigenasinya terganggu (seperti pada penderita hipertensi, kencing manis, anemia, dan perokok), penyembuhan luka lebih lama.
5. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme dapat menyebabkan terbentuknya suatu abses atau nanah yang mengganggu penyambungan jaringan.
6. Obat
Obat-obat antiradang tertentu seperti steroid dan aspirin serta obat heparin dapat memperlambat penyembuhan luka karena mengganggu proses peradangan (fase 1) dan menyebabkan perdarahan.





DAFTAR PUSTAKA

http://forum.dudung.net/index.php?topic=3526.0 (Majalah NIKAH, Vol.3, No.11 Pebruari 2005)
Bahar. Perawatan Luka Secara Umum. 26 Januari 2009. Diakses melalui: http://www.suaradokter.com/.
Brinker. General Principles of Trauma. Dalam buku Review of Orthopaedic Trauma. WB Saunders. 2001.
Kalbe.co.id. Luka. Diakses melalui: http://www.kalbe.co.id/dod_detail.php?detail=89.
Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta: 1997, hal 72-81.
Vorvick, LJ. Bruise. MedlinePlus. 5 Februari 2009.
http://www.comui.edu.ng/
http://anneahira.com/pencegahan-penyakit/infeksi.htm
JNPK_KR.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar